Sunday, January 06, 2008

Kerja Bahagia


Seorang profesor sebuah universitas swasta pernah menyatakan bahwa setelah krisis moneter melanda Indonesia, ada 2 propinsi yang paling cepat bangkit, pada saat daerah yang lain masih terputuk. Propinsi tersebut adalah Bali dan DIY. Mengenai penyebabnya apa, sang profesor memberikan analisis bahwa salah satu hal yang paling berpengaruh dalam percepatan pemulihan kedua daerah tersebut adalah masyarakat mereka yang masih tinggi tingkat kepercayaanya pada Tuhan Yang Maha Kuasa (lama ya tidak memakai “istilah” ini). Intinya adalah tingkat kepercayaan ini akan menghasilkan tindakan ibadah. Ibadah dalam arti penyembahan dengan melaksanakan kegiatan apa pun untuk Yang Maha Disembah (maaf saya bingung pakai “istilah” apalagi).

Hal yang awalnya saya sulit untuk mencerna. Apa kaitan kondisi keagamaan masyarakat dengan kemampuan mereka untuk mengatasi krisis dalam komunitas tersebut? Kita tentu sering mendengar kata-kata BEKERJA ADALAH IBADAH. Ada nilai lebih disana. Tidak cuma kerja fisik, tetapi ada nilai ruh dari setiap pekerjaan kita. Ternyata dengan “bekerja adalah ibadah” hasilnya akan lebih baik. Istilah inilah yang berlaku pada masyarakat kedua daerah tersebut.

Dunia pasca kampus memang bukan hal yang “menyenangkan”, istilah lain untuk menyebut banyaknya tantangan disana. Yang belum kerja, pasti berupaya sekuat tenaga untuk segera mendapatkan pekerjaan. Pengennya sih, yang sesuai planning masa depannya. Ada yang pengen dapat kerja, harus sesuai jurusan waktu kuliahnya. Yang pasti sih, pengen gaji gede, lingkungan enak, jenjang karir yang bagus, plus yang lain-lain. Nah, akhirnya Alhamdulillah masuk juga dunia kerja. Lalu? Ternyata tidak seindah yang dibayangkan sebelumnya. Hal-hal yang kurang menyenangkan atau kurang sesuai, pasti akan ditemui. Maka tak heran, 2-3 bulan ada yang keluar, resign.

Saya tidak ingin berkomentar lebih jauh tentang keluar masuknya seseorang ke dalam satu pekerjaan. Toh alumni IPB dikenal “kutu loncat”. What ever lah….saya lebih tertarik berdiskusi tentang bagaimana kita bisa bekerja dan menemukan kebahagiaan dalam pekerjaan tersebut. Seorang pakar psikologi holistik (…., sering ada di acara Selamat Pagi Jakarta, O Channel) mengatakan ada 3 tingkatan kondisi seseorang yang melakukan satu hal, sehingga ia bisa mencapai kebahagiaan :

Pertama adalah SUCCESS. Sering orang berfikir bahwa keberhasilan/kesuksesan akan mendatangkan kebahagiaan. Ketika pekerjaan kita berhasil dengan baik, memang kita akan senang. Insya Allah semua hal yang lain akan lebih lancar. Materi, komisi, penghargaan, dll. Namun ternyata menurut …., sukses saja tidak akan membuat orang cukup bahagia. Sukses hanya komponen kecil, penyumbang kebahagiaan. Jadi untuk bahagia, tidak cukup dengan sukses saja.

Kedua adalah ENGAGE. Keikut sertaan dan keterikatan seluruh komponen jiwa dalam pekerjaan, adalah tingkatan kedua yang akan membuat orang bahagia dalam pekerjaanya. Walaupun sukses, kalo kita tidak merasa nyaman dan merasa memiliki pekerjaan tersebut, semuanya akan semu belaka. Bekerja akan menjadi kegiatan yang kering, gersang, senyum pun akan hambar, karena jiwa kita tidak bersama dengan tim kerja tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena suasana kerja dan hubungan interpersonal yang kurang akrab. Bekerja hanya untuk mengejar target, tidak ada kebahagiaan dalam mengerjakannya. Engage ini lebih besar sumbangsihnya pada tingkat kebahagiaan seseorang dalam bekerja. Saya punya pengalaman, bekerja dengan tim yang memang memiliki ikatan yang kuat. Walaupun sering gagal, tapi saya dan semua anggota tim tetap bahagia. Aneh mungkin, tapi itu benar terjadi. (Apa kabar teman2 adaide? )

Yang ketitga, yang paling penting dalam meraih kebahagiaan adalah MAIN. Hal pokok, prinsip dan nilai yang kita harus miliki ketika mengerjakan sesuatu. Sebagai ilustrasi, dalam rangkaian masa orientasi mahasiswa baru kalau kita minta mahasiswa-mahasiswa baru tersebut untuk membersihkan got di jalan lingkar kampus IPB misalnya, mereka pasti akan mengerjakan, walaupun dengan ngedumel dan kesal. Tapi kalo kita sampaikan bahwa dengan membersihkan got tersebut, mereka telah mencegah terjangkitnya wabah demam berdarah yang selama ini banyak menyerang warga sekitar kampus, mereka kemungkinan besar akan melaksanakanya dengan lebih antusias. Kita sampaikan pentingnya kegiatan ini bagi warga. Mahasiswa baru akan bekerja denagn senang hati, walaupun kotor dan bersimbah peluh, mereka akan bekerja dengan sebaik-baiknya, karena ada nilai yang dibawa dalam kegiatan tersebut. Itulah pentingnya seseorang harus memilki nilai-nilai yang harus diperjuangkan. Kalo kita bekerja hanya mengharapkan uang, memang uang akan kita dapat, tapi hanya itu dan kebahagian sesaat. Tapi bila dalam pekerjaan kita selalu bisa menyertakan nilai-nilai tertentu, maka kita melaksanakanya, kita akan semangat dan berusaha sebaik-baiknya. Berhasil atau tidak, yang akan terjadi adalah kita bahagia dalam prosesnya. Karena kita berusaha memberikan sesuatu pada orang lain.

Yup, kerja bahagia, adalah hal yang kita dambakan bukan? Dimana pun kita bekerja sekarang, masih di kampus, pasca kampus, bekerja di perusahaan, PNS, atau ibu rumah tangga sekalipun, yang terpenting adalah ada tujuan mulia disana, nilai-nilai kemanusaian, sisi ruhiyah dan ibadah. Kalaupun di tempat sekarang anda berada tidak nyaman entah apa pun sebabnya, buat obsesi pribadi untuk meraih tujuan mulia lewat pekerjaan yang ada sekarang. Sambil mungkin kita berusaha mencari pekerjaan lain yang lebih baik.

Baru-baru ini, saat beberapa teman-teman saya secara hampir bersamaan keluar dari tempat kerjanya masing-masing, dengan sebabnya masing-masing, sempat terlintas difikiran saya untuk keluar juga. Yah, seperti yang saya bilang, selalu ada yang tidak nyaman, kurang sesuai, dll, dimana pun kita berada. Satu kata yang saya pegang saat itu, HANYA KARENA IMPIAN BESAR SAYA MASIH BERTAHAN DISANA…..yah, impian !!! Dan anda harus punya impian itu.