Monday, February 25, 2008

Memperbaiki Diri Sendiri


Bila kita belum baik, bagaimana mengajak orang lain menjadi baik? Bila kita masih banyak dosa, apakah layak memberi tausyiah pada mereka yang mungkin justru lebih baik dari kita?

Mungkin dua hal tadi pertanyaan lama. Pertanyaan itu muncul duluuuuu...sekali. Saat baru di ajak aktif di kampus. Jadi ngapain ditanyain lagi sekarang? Apa karena mulai ragu? Atau saya sedang cari alasan untuk perlahan-lahan mundur dari barisan?

Astaghfirullah...semoga saya sedang tidak dalam kondisi itu. Tapi sedikit merenung akhir-akhir ini, ternyata kembali memunculkan pertanyaan tadi.

Bagaimana saya mau memperbaiki orang lain, bila amanat Allah pada diri saya sendiri sering saya abaikan? Omong kosong, mengorbankan kuliah, kerjaan dan keluarga terbengkalai untuk dakwah, bukankah itu sama seperti nyala lilin yang membakar diri sendiri?

Akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan : yang utama adalah memperbaiki diri sendiri. Titik.

Apakah ini egois?
Jawaban saya TIDAK.

Apakah sebenarnya memang saya mampu membuat orang lain lebih baik? Sehebat apapun kita, saat membina, ada yang berhasil, namun ada juga yang gagal bukan? Jadi bila ada satu target kita berhasil, apakah itu karena kita?

Jawaban saya BUKAN.

Karena Allah lah dia berubah. Mungkin itu dari doa kedua orang tuanya, agar anaknya menjadi sholih/ah, mungkin doa teman dekatnya, dll. Mungkin sebenarnya saya tidak punya saham apapun dalam perubahan dia menjadi baik.

Jadi apa sebenarnya yang kita sampaikan?

Saudaraku, bukankah saat mengingatkan orang lain, sesungguhnya kita sedang mengingatkan diri kita sendiri? Saat mengajak mereka pada kebaikan, bukankah saat itu kita mengajak diri kita sendiri?

Sesungguhnya cara paling efektif membuat diri kita lebih baik, adalah dengan mengajak orang menjadi lebih baik.

Saat menegur, diri kitalah yang pertama tertegur.
Saat berjuang membuat lingkungan kampus yang baik, sebenarnya kita sedang berjuang membuat lingkungan kita sendiri yang baik.
Saat berinfak pada pengemis di jembatan penyeberangan, saat itu kita sedang bersyukur pada Allah dan melembutkan hati kita.

Maka intinya adalah memperbaiki diri sendiri. Membuat kita baik, orang lain pun baik, lingkungan baik, bangsa dan negara baik. Kita bukan orang munafik, mengajak orang pada kebaikan sedangkan kita penuh kemaksiatan.

Setiap aktivitas kita, seharusnya dapat memperbaiki diri kita sendiri. Bukan justru lupa diri.

Selalu perbarui niat. Ikhlas, untuk Allah.

Wallahu’alam